Memaknai Episode Kehidupan Yusuf ‘Alaihissalam
Oleh: Mahyuddin (Staff PPSDM HIMMPAS UGM)
Dalam mengarungi kehidupan yang fana, sudah menjadi sunnatullah bahwa setiap periode waktu memiliki kisah ataupun cerita tersendiri. Rentetan cerita itu bisa berupa kisah menginspirasi atau sebaliknya yang didalamnya mengandung banyak hikmah-hikmah kehidupan yang dari sananya kita banyak belajar hal akan makna kehidupan.
Kisah Nabi Yusuf ‘Alaihissalam adalah salah satu dari sekian juta ceritera tokoh Muslim yang memberi kisah inspirasi hidup kepada kita bagaimana perjuangan-perjuangan setiap episode kehidupan yang ia lalui. Beliau tidak hanya dikenang dari masa ke masa karena ketampanannya, tetapi juga kisah hidup yang dilaluinya mengandung makna mendalam kebijaksanaan-kebijaksaan hidup. Namanya kemudian diabadikan oleh Allah ta’ala dalam Alquransebagai suatu kisah terbaik sepanjang masa, terpanjang dan terperinci diantara kisah hidup para nabi dan rasul lainnya dalam Alquran.
Sebetulnya jika kita ingin mendaur ulang rentetan-rentetan kisah hidup beliau, maka hal ini akan membutuhkan waktu yang tidak sedikit karena didalamnya ada banyak hikmah kehidupan yang bisa kita ungkap. Kisah hidupnya juga sudah terangkum dalam manuskrip kitab suci Alquran dan beberapa kitab terdahulu lainnya, bahkan banyak dari kalangan-kalangan ulama Muslim yang mencoba menggali lebih dalam lagi kisah hidup beliau dalam bentuk teks-teks tafsir yang lebih terperinci. Dengan demikian, disini kita hanya mencoba menelaah sekelumit hikmah kisah pahit getir roda kehidupan beliau yang sekiranya dapat menjadi bahan renungan bersama dan mampu memberi pesan-pesan moral untuk kita teladani.
Ada beberapa hikmah atau pesan-pesan moral penting yang hingga saat ini dapat menjadi pelajaran berharga bagi umat manusia. Kisahnya tidak lapuk oleh perubahan masa dan pergeseran waktu karena ia mengandung kisah-kisah hidup yang masih relevan dengan kondisi kekinian sekalipun kita hidup di era yang berbeda. Pertama, kelebihan yang diberikan oleh Allah tidak selamanya berbuah manis. Kita tahu bahwa Nabi Yusuf ‘Alaihissalam adalah manusia yang paling gagah atau tertampan yang pernah ada. Bahkan, dikisahkan separuh dari ketampanan Yusuf ‘Alaihissalam yang diberikan oleh Allah kepada semua hambanya setengahnya disematkan atau diberikan kepada Yusuf ‘Alaihissalam. Jika kita menganalogikan dengan artis-artis hari ini, maka mereka itu tidak ada apa-apanya ketimbang anugerah ketampanan beliau yang seisi jagat raya mengakui ketampanannya. Saking gagahnya, seorang istri raja sekalipun yang terkenal cantik jelita bak bidadari dan pembesar-pembesar perempuan di Mesir kala itu (raja) jatuh cinta pada padanya. Kelebihan ini yang membuatnya harus berjuang melawan kerasnya godaan dan ujian hidup sehingga harus mendekam dalam penjara hanya karena menolak melakukan perbuatan maksiat.
Kedua, memaafkan kesalahan orang yang pernah menyakitinya. Kisah lain dari nabi Yusuf ‘Alaihissalam yang cukup mengharukan ialah ketika saudara-saudaranya ingin membunuh, mencelakakan hingga pada akhirnya membuangnya ke dalam sumur. Kecintaan ayah Yusuf (Nabi Ya`qub ‘Alaihissalam) kepadanya membuat saudara-saudaranya merasa dengki, hasad dan iri hati. Tak pelak, mereka merencanakan makar terhadap Yusuf ‘Alaihissalam yang membuatnya harus terpisah dengan kedua orang tuanya yang sangat ia cintai selama-lama berpuluh-pulu ahun. Namun, awal kisah trangis ini juga yang kemudian membawanya menjadi orang terpandang (pembesar dan raja Mesir) dikemudian hari atas pertolongan Allah setelah melalui perjuangan hidup yang serba rumit, yang mungkin ketika kita berada pada posisinya tentu kita tidak mampu melaluinya. Dari sana ia kemudian menduduki tahta tertinggi kerajaan Mesir menggantikan posisi raja sebelumnya. Namun demikian, kedudukan istimewa tersebut yang diperolehnya tidak membuat dia congkak dan pongah. Orang-orang yang selama ini menyakiti beliau tidak membuat ia melakukan balas dendam terhadapnya. Kemuliaan Yusuf ‘Alaihissalam sebagai hamba Allah pilihan terpancar pada keteladanan perilaku serta kemurahan hati memaafkan saudara-saudaranya yang dahulu pernah merencanakan pembunuhan terhadapnya.
Ketiga, menyandarkan diri kerumitan hidup hanya kepada Allah. Jika kita mencoba merenungi lebih jauh getir hidup yang dilalui oleh Yusuf ‘Alaihissalam, maka dari sana kita akan mendapatkan proses hidup yang amat besar rintangan dan perjuangannya. Ia harus berhadap-hadapan dengan kezaliman yang ditimpakan atasnya hanya karena meneguhkan diri di atas kebenaran dan jalan yang lurus. Ia lebih memilih ketaatan kepada Rabbnya daripada memeroleh kenikmatan-kenikmatan hidup sesaat yang fatamorgana bahkan masuk penjara sekalipun, sehingga dirinya termasuk golongan orang yang hina di mata manusia. Peneguhan penyandaran diri Yusuf ‘Alaihissalam terhadap Rabbnya terlihat ketika lebih memilih menerima kondisi terburuk yaitu memasuki penjara ketimbang tunduk pada majikannya. Hal ini diabadikan dalam Alquran dimana Yusuf ‘Alaihissalam berkata bahwa “penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan perbuatan keji terhadapku”.
Ada banyak hikmah lagi yang sebenarnya bisa kita petik dari kisah ini. Namun, disini hanya menukil sedikit sebagai rangkuman pertemuan dalam pembahasan kamso kali ini. Tetapi, pada intinya Allah Ta’ala sebagai pengatur skenario terbaik bagi umatnya telah memberi banyak bentuk pelajaran hidup bagi kita dalam Alquran agar kita mampu mengambil pelajaran berharga didalamnya.
Dengan demikian, kita sudah semestinya bijaksana memaknai pada setiap proses hidup, sebab sudah barang tentu kita akan menghadapi rintangan-rintangan untuk sampai pada pencapaian tujuan. Ketika kita tidak bersabar dan tidak berupaya tenang dalam menjalaninya, maka bukan tidak mungkin, bisa jadi kita akan putus asa atau hilang harapan dalam menggapai setiap hajat hidup yang hendak kita capai.
Kita seringkali lupa bahwa pada setiap proses yang kita lalui pasti ada hikmah tersembunyi. Ingatlah bahwa kisah terbaik para pendahulu tidak dibentuk dengan proses hidup yang mudah tetapi memiliki liku-liku kehidupan yang serba rumit. Karena, sudah menjadi hukum sosial bahwa dalam mengarungi dialektika kehidupan, kita pasti akan mendapati suatu rintangan hidup, yang mana dengan rintangan akan menentukan hasil akhir dari ikhtiar yang hendak kita capai. Dan itu sangat bergantung pada bagaimana kita menyikapi setiap permasalahan hidup yang kita lakoni. Dan satu hal yang perlu kita pahami bahwa setiap peristiwa hidup tidak ada yang terjadi dengan sendirinya, segala sesuatu sudah diatur oleh Sang pengatur skenario kehidupan. Maka tugas kita hanyalah menghargai setiap proses dan bersabar dalam menjalani dan tentunya terus berjuang dengan cara terbaik tanpa melupakan pertolongan Allah Ta’ala.